Rabu, 16 Januari 2013

Asuhan Keperawatan Anak dengan Diare


Asuhan Keperawatan Anak dengan Diare

Pengkajian

1. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

1. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

1. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

1. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

1. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

1. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

*. Pertumbuhan

*. Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

*. Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.

*. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah.

*. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigitaring.

*. Perkembangan

*. Tahap perkembangan Psikoseksual menurutSigmund Freud.

Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasanlibido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

*. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untukmakan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasamalu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

*. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :

1. Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK).

1. Meniru membuat garis lurus (GH).

1. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK).

1. Melepasa pakaian sendiri (BM).

1. Pemeriksaan Fisik

*. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkarkepala, lingkar abdomen membesar.

*. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

*. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih.

*. Mata : cekung, kering, sangat cekung.

*. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.

*. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic(kontraksi otot pernafasan).

*. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
                                                                               
*. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

*. Sistem perkemihan : urin produksi oliguriasampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

*. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.

1. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungandengan proses infeksi skunder terhadap diare.

1. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

1. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.

1. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.

Intervensi

Diagnosa 1.:

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

*. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : <>

*. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

*. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari. Intervensi :

*. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

*. Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

*. Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

*. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

*. Kolaborasi :

*. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit(Na, K,Ca, BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit,BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

*. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

*. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin. Diagnosa 2.:

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

*. Nafsu makan meningkat

*. BB meningkat atau normal sesuai umur Intervensi :

*. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,berlemak dan air terlalu panas atau dingin).

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.

*. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

*. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

*. Monitor intake dan out put dalam 24 jam.

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

*. Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

*. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu.

*. obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan Diagnosa 3. :

Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil :

*. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

*. Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa) Intervensi :

*. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

*. Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

*. Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak Diagnosa 4.:

Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)

Tujuan :

Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.

Kriteria hasil :

*. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

*. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar Intervensi

*. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakankuman

*. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces

*. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi . Diagnosa 5.:

Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi

Kriteria hasil :

*. Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel Intervensi :

*. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan

R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

*. Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

*. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

*. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.

*. Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & RiwayatKesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC.Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Kep

Tidak ada komentar:

Posting Komentar