Sabtu, 01 Maret 2014

Ini Alasan Mengapa Perlu Ada Ruang Dalam Hubungan Asmara

Jakarta - Beberapa pasangan seperti tidak bisa hidup bila tak bertemu kekasihnya setiap hari. Padahal membuat 'ruang' dengan pasangan berpengaruh besar terhadap hubungan Anda kedepannya. Maka dari itu biarkan pasangan memiliki ruang sendiri yang menjadi faktor penting dalam hubungan. Mengapa perlu ada ruang dalam hubungan asmara?

1. Meningkatkan Kepercayaan
Memberikan ruang dalam hubungan akan meningkatkan kepercayaan satu sama lain. Ketika Anda percaya dengan kekasih maka rasa respek dan cinta yang kalian miliki semakin meningkat. Ini juga bisa menghindari adanya perselingkuhan karena pasangan merasa dipercaya. Jika Anda tidak pernah membiarkannya memiliki waktu untuk dirinya sendiri bisa membuat hubungan terasa bosan dan memburuk.

2. Semakin Berkembang
Adanya ruang atau waktu sendiri dalam hubungan asmara bisa membuat Anda dan pasangan semakin berkembang. Baik Anda maupun kekasih memiliki impian, ambisi hidup, dan pilihan yang berbeda. Maka dari itu perlu adanya kompromi serta penyesuaian satu sama lain. Salah satu bentuk kompromi tersebut adalah memberikan waktu untuk sendiri. Jika tidak ada ruang dalam hubungan maka hanya ada ego dalam jalinan cinta itu.

3. Kebebasan
Ruang juga merupakan bentuk kebebasan. Semua orang tentu ingin merasakan hal itu. Bila Anda membatasi kebebasan pasangan bisa membuat hubungan kedepannya menjadi tidak sehat. Oleh sebab itu, perlu setidaknya waktu untuk Anda dan pasangan melakukan aktivitas sendirian. Biarkan pasangan melakukan apa pun yang diinginkannya tanpa Anda terlibat di dalamnya. Ini bukan berarti dia ingin menjauh dengan Anda tapi hanya akan menyegarkan otaknya sesaat. Ruang tersebut juga mempengaruhi keharmonisan hubungan.

4. Menjauhkan Rasa Insecure
Tidak sedikit wanita yang merasa insecure setiap kali pasangannya pergi tanpa dirinya. Rasa insecure itu terkadang membuat wanita bertindak berlebihan sehingga pasangan menjadi tidak nyaman. Untuk itu, perlu adanya ruang dalam hubungan. Selain meningkatkan kepercayaan, ruang tersebut juga menjauhkan rasa insecure dan membuat perasaan lebih nyaman satu sama lain.

Serangan Jantung dan 5 Efek Lain Karena Sering Tidur Larut Malam

Jakarta - Beberapa orang merasa selalu insomnia atau tidak bisa tidur malam hari. Sebagian dari mereka bahkan baru dapat terlelap jelang pagi hari. Terlalu sering tidur larut malam akan mempengaruhi kesehatan serta tubuh Anda. Kebanyakan orang yang telat tidur biasanya bangun dalam keadaan pusing. Itu terjadi karena Anda kurang istirahat. Ada beberapa dampak yang dirasakan bila selalu tidur larut malam. Berikut uraiannya.

1. Berat Badan Bertambah
Bertambahnya berat badan mungkin saja dipengaruhi karena kurangnya jam tidur. Jika Anda tidak tidur minimal enam jam sehari maka metabolisme dalam tubuh terganggu. Selain itu, belum tidur hingga larut malam membuat Anda ingin mengonsumsi camilan yang berpengaruh terhadap berat badan.

2. Daya Tahan Tubuh Melemah
Sering tidur larut malam atau terlalu sering begadang bisa membuat daya tahan tubuh melemah. Begadang akan merusak sel-sel darah putih yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Itu sebabnya orang yang kurang tidur memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

3. Serangan Jantung
Orang yang kerap tidur terlalu malam terutama begadang entah karena faktor pekerjaan atau mengalami insomnia rentan terhadap penyakit jantung. Kurang tidur menjadi faktor utama meningkatkan jumlah penderita penyakit jantung.

4. Darah Tinggi
Kurangnya istirahat malam hari bisa mengakibatkan darah tinggi. Ini juga menjadi penyebab utama seseorang memiliki tekanan darah tinggi yang kronis. Untuk itu, coba biasakan diri tidur teratur atau setidaknya memiliki delama jamn waktu istirahat setiap hari.

5. Sakit Kepala
Hampir semua orang yang selalu tidur larut malam bangun dalam keadaan pusing. Bahkan beberapa orang menjadi tidak bersemangat. Hal itu karena otak Anda menghadapi ketidakseimbangan yang bisa menyebabkan kerusakan kedepannya bila pola tidur tidak diperbaiki.

6. Refleks Anda Melemah
Bila Anda merasa sikap reflek alami berkurang itu kemungkinan karena kurang tidur. Jika hal ini berlanjut hingga jangka panjang bisa mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk sistem reflek manusia. Maka dari itu, tetap jaga pola tidur Anda demi kesehatan.

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

Mengapa oksigen sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup?


PENDAHULUAN
Mengapa oksigen sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup? Untuk apa sebenarnya oksigen itu bagi tubuh? Oksigen sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, karena oksigen dapat membantu perombakan bahan makanan dalam tubuh.1 Dari proses perombakan makanan inilah energi bisa diperoleh. Slamet Prawirohartono dan Sri Hidayati mengatakan,
“Dalam keadaan biasa, sehari semalam kita memerlukan 300 liter oksigen, atau lebih kurang 0,25 per menit. Jumlah tersebut akan semakin meningkat bila aktivitas tubuh meningkat.” (2007:206)
Sepanjang hidupnya semua makhluk hidup harus memasukkan oksigen ke dalam tubuhnya secara terus-menerus dan tidak boleh berhenti. Sel-sel tubuh akan rusak atau mati bila tidak mendapatkan oksigen dalam jangka waktu tertentu. Sel otak akan mati atau rusak bila tidak mendapatkan oksigen selama 3-4 menit.2
Dari mana oksigen diperoleh? Oksigen yang dibutuhkan diperoleh melalui pernafasan. Pernafasan adalah proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup dengan gas yang ada di lingkungannya.3
Pernafasan dapat dilakukan dengan adanya alat-alat yang menyusun sistem pernafasan. Tanpa hal tersebut, mahkluk hidup tidak akan pernah bisa melakukan proses pernafasan. Alat-alat itu antara lain, hidung, laring, trakea dan paru-paru.
Tahukan anda seberapa besar peran alat-alat maha karya ini? Mari kita mengenal lebih dekat dengan bagian tubuh kita sendiri.
1 Diah Arunita, ph. D. (dkk.). Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2004: 189

2 Prawirohartono, Slamet. dan Sri Hidayati. Sains Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Bumi Aksara. 2007: 2013 Diah Arunita, ph. D. (dkk.). Loc. Cit.

PEMBAHASAN
A. Definisi Pernafasan

Kita dapat hidup tanpa makanan dan minuman selama beberapa hari, tetapi kita tidak dapat hidup tanpa bernafas. Kita perlu bernafas untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh setiap waktu. Lalu, apakah pengertian bernafas itu?Menurut Slamet Prawirohartono dan Sri Hidayati (2007: 201) pada hakikatnya bernafas adalah proses memasukkan udara pernafasan dari udara bebas ke dalam tubuh serta mengeluarkan gas sisa ke udara bebas. Proses pemasukkan udara pernafasan ini dikenal dengan inspirasi, sedangkan pengeluarannya dikenal dengan ekspirasi. Setiap satu menit kita mampu melakukan inspirasi dan ekspirasi 15 sampai 18 kali.
B. Alat-alat penyusun sistem pernafasanAgar proses pernafasan pada manusia dapat berlangsung, diperlukan alat-alat pernafasan yang terdiri atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan paru-paru. Alat-alat itu menyusun suatu sistem respirasi dan berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan karbondioksida dari dalam tubuh.
Perhatikan gambar alat pernafasan manusia di bawah ini.
Alat-alat pernafasan manusia
1.     Hidung dan rongga hidungHidung adalah organ pernafasan yang paling luar sehingga alat pernafasan pertama yang dilalui udara. Selain melalui hidung, bernafas juga dapat dilakukan melalui mulut. (Sri Pujiyanto, 2008: 160). Tetapi, bernafas sebaiknya melalui hidung, karena udara yang masuk medapatkan tiga perlakuan oleh hidung.
Pertama, udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung menyaring partikel debu yang besar. Sedangkan lendir berfungsi memerangkap debu halus dan bakteri. Perhatikan betapa kotor hidung kita jika berada di tempat yang berdebu atau berasap. Kotoran tersebut merupakan hasil penyaringan udara.
Kedua, udara mengalami penyesuaian suhu. Udara yang masuk akan dihangatkan oleh darah yang ada di dalam pembuluh darah kapiler di rongga hidung. Jika udarai dari luar dingin, di dalam hidung udara mengalami pemanasan sesuai dengan suhu badan. Tanda peyesuaian itu antara lain keluarnya lendir dari lubang hidung ketika udara dingin masuk ke rongga hidung.Ketiga, di dalam hidung udara diatur kelembapannya oleh lapisan lendir.Setelah mendapat tiga perlakuan tersebut, menurut Sri Pujiyanto (2008: 160) udara yang bersih, hangat dan lembap, kemudian menuju bagian teratas faring dalam perjalanannya menuju paru-paru. Pada bagian teratas rongga hidung, terdapat syaraf khusus, disebut syaraf olfaktori, yang memungkinkan kita mencium bau-bauan yang terbawa oleh udara.
2.    Faring
Udara yang berasal dari rongga hidung selanjutnya masuk ke faring. Faring adalah percabangan dua saluran, yaitu ternggorok (nasofaring) yang merupakan saluran pernafasan, terletak dibagian depan, serta kerongkongan (esofagus) yang merupakan saluran udara pencernaan, terletak di bagian belakang. (Sri Pujiyanto, 2008: 160).
3. Laring
Setelah melalui rongga hidung dan faring, udara sampai di pangkal tenggorok. Pangkal tenggorok tersusun oleh katup (epiglotis) dan tulang-tulang rawan membentuk jakun. Katup ini selalu terbuka dan tertutup bila ada makanan yang masuk kedalam kerongkongan. Di dalam jakun terdapat selaput suara. Bila kita berbicara, udara akan melalui selaput ini dan menggetarkannya sehingga menimbulkan suara. (Kusmayadi, dkk. 2004: 5)
4. Batang tenggorok (Trakea)
Sri Pujiyanto (2008: 162) berpendapat bahwa batang tenggorok atau trakea menupakan pipa yang dindingnya terdiri atas tiga lapis. Lapisan luar terdiri atas jaringan ikat, lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan, sedangkan lapis terdalam terdiri atas jaringan epitel bersilia. Panjang pendek trakea sebanding dengan panjang pendek leher. Pada orang dewasa, panjang trakea sekitar 11 cm dengan diameter 2 cm.
Ujung trakea bercabang menjadi dua buah cabang batang tenggorok yang disebut bronkus (jamak: bronki). Kedua cabang tersebut, masing-masing masuk ke dalam paru-paru kiri dan paru-paru kanan.

5. Paru-paru

5.1. Bronkiolus
Di dalam paru-paru bronkus bercabang secara berulang-ulang menjadi pipa yang semakin halus yang disebut bronkiolus.

5.2. AlveolusPada ujungnya, bronkiolus yang paling kecil berakhir dan membentuk sekumpulan kantung udara yang disebut alveoli (tunggal: alveolus).Jumlah alveolus pada orang dewasa mencapai sekitar 700 juta untuk setiap pau-paru sehingga memperluas permukaan untuk pertukaran gas menjadi sekitar 100-150 m2 (lebih kurang sama dengan ukuran sebuah lapangan tenis). (Sri Pujiyanto, 2008: 162).
Oksigen yang terdapat dalam udara pernafasan berdifusi masuk melalui dinding alvoulus, kemudian masuk kedalam kapiler darah. Selanjutnya, oksigen dibawa darah menuju jantung untuk diedarkan keseluruh tubuh melalui arteri.
C. Mekanisme Pernafasan
1. Proses pernafasanMenurut Diah Aryutina, Ph.D, dkk. (2004: 190), proses pernafasan pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Pernafasan secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat bernafas, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik nafas panjang, kemudian menahannya beberapa saat, lalu mengeluarkannya.Pernafasan secara tidak sadar, yaitu pernafasan yang dilakukan secara otomatis dan dikendalikan oleh syaraf di otak, misalnya pernafasan yang terjadi pada saat kita tidur nyenyak.Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya, manusia dapat melakukan dua mekanisme pernafasan, yaitu pernafasan dada dan pernafasan perut.
1.1. Pernafasan Dada
Pada saat tulang rusuk berkontraksi, tulang-tulang rusuk akan naik dan rongga dada membesar. Akibatnya, tekanan udara di dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan udara di luar sehingga udara luar masuk ke paru-paru (inspirasi).Sementara itu, pada saat otot antartulang rusuk berelaksasi atau mengendur, tulang rusuk akan turun sehingga rongga dada menjadi lebih kecil atau kembali ke ukuran semula. Akibatnya, tekanan udara di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan udara di luar rongga dada. Hal ini menyebabkan udara dalam rongga dada terdorong keluar dari paru-paru (eksiprasi) menuju hidaung atau mulut.
1.2 Pernafasan PerutPada saat oto diafragma berkontraksi, posisi diafragma menjadi mendatar. Akibatnya, rongga dada membesar dan tekanan udara menjadi kecil sehingga otot diafragma berlaksasi (kembali ke posisi semula), rongga dada mengecil dan tekanan udara mejadi lebih besar. Akibatnya, udara keluar dari paru-paru.Ketika kita menghembuskan nafas, paru-paru tidak menjadi kosong sama sekali. Hal ini disebabkan darah secara konstan mengalir melewati paru-paru dalam perjalanannya keseluruh tubuh sehingga selalu ada oksigen yang dapat diambil oleh paru-paru. Bahkan, jika kita menghembuskan nafas sekuat-kuatnya, jutaan alveoli (gelembung udara) terisi seperti balon-balon kecil, sedangkan selama ekspirasi, udara keluar dari alveoli sehingga “balon-balon” kecil tersebut mengempis.
2. Kapasitas paru-paruTaukah anda seberapa besar kemampuan paru-paru anda dalam menampung udara pernafasan? Mesakipun daya tampung setiap orang berbeda, dalam keadaan normal, paru-paru orang dewasa rata-rata dapat menampung udara sebanyak 4,5-6,0 liter atau 4.500-6.000 cc.
Dalam satu kali bernafas, orang mengirup dan mengembuskan udara sebanyak 0,45-0,5 liter. Jumlah itu dinamakan kapasitas tidal.
Udara yang masuk dan keluar pada saat kita menghirup dan menghembuskan nafas sekuat-kuatnya dinamakan kapasitas vital paru-paru. Banyaknya kapasitas vital paru-paru sekitar 3,5 liter udara.
Dengan demikian, banyaknya udara yang digunakan dalam proses pernafasan berkisar antara 0,5-3,5 liter. Dari jumlah itu, hanya sekitar 0,35 liter udara yang dapat mencapai alveolus, karena sebagian besar harus mengisi saluran-saluran pernafasan, seperti trakea, bronkus, dan bronkiolus.
Sri Pujiyanto (2008: 162) mengingatkan bahwa besar kecilnya volume udara pernafasan tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain usia, berat badan, jenis aktivitas, kebiasaan bernafas, ataupun kesehatan seseorang.
D. Kelainan dan penyakit pada sistem pernafasan
Beberapa gangguan pada sistem pernafasan disebabkan gangguan pada alat-alat pernafasan. Gejala umumnya ditandai dengan batuk. Beberapa gangguan itu diantaranya:
1. PneumoniaPneumonia, yaitu suatu peradangan pada selaput pembungkus paru-paru (pleura). Peradangan ini biasanya tibmul akibat infeksi dari paru-paru atau organ lain yang berdekatan dengan paru-paru. Akibat peradangan ini, terdapat cairan yang berlebihan pada pleura sehingga penderita akan merasa nyeri dada ketika bernafas. (Kusmayadi, dkk. 2004: 15).
2. AsmaAsma,yaitu penyempitan saluran pernafasan utama pada paru-paru. Asma merupakan penyakit keturunan, dan tidak menular.
Diah Aryutina, Ph.D, dkk. (2004: 190) berpendapat bahwa pada penderita di bawah usia 30 tahun, asma kira-kira 70% disebabkan oleh hipersensitivitas alergi, terutama hipersensitivitas terhada tumbuhan. Pada penderita lebih tua, kira-kira 70% asma disebabkan karena alergi pada bahan kimia dan kabut atau debu.
3. BronkhitisBronchitis, yaitu peradangan pada lapisan dinding bronkus (cabang tenggorok) yang disebabkan oleh infeksi virus. Peradangan ini menimbulkan batuk yang dalam dan menghasilkan dahak abu-babu kekuningan dari paru-paru. (Kusmayadi, dkk. 2004: 14)
Bronchitis dapat dibedakan menjadi bronchitis akut dan bronchitis kronis. Bronchitis akut disebabkan oleh bakteri dan dapat terjadi selama beberapa minggu. Sementara itu, bronchitis kronis, antara lain disebabkan oleh kebiasaan merokok, pencemaran udara, dan infeksi saluran pernafasan.
4. TuberkolosisTuberkolosis merupakan penyakit spesifik yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tubercolosae. Bakteri ini dapat menyerang semua organ tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan tulang.
5. DipteriDipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptherial yang dapat menimbulkan penyumbatan pada rongga faring maupun laring oleh lendir yang dihasilkan bakteri tersebut. (Diah Arunita, ph. D. (dkk.): 19 ).
6. EmfisemaSri Pujiyanto (2008: 169) menegaskan bahwa Emfisema adalah penyakit “pecahnya” alveoli. Emfisema disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, debu-debu industri, ataupun polutan udara lainnya.Bila orang membicarakan emfisema paru-paru kronik, umumnya yang dimaksud adalah suatu kerusaan paru yang disebabkan menghisap tembakau.
7. AsfiksiAsfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksign ke jaringan yang disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh. Misalnya alveolus yang terisi air karena seseorang tenggelam. Gangguan yang lain adalah keracunan karbon monoksida yang disebabkan karena hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida sehingga pengangkutan oksigen dalam darah berkurang. (Diah Arunita, ph. D. (dkk.): 19 )
8. Nafas berhentiBila nafas berhenti, hidup dapat ditunjang dengan cara menggunakan tangan atau menggunakan alat mekanik. (Groiler International, Inc. 2004:130).Dalam menggunakan perafasan buatan yang dilakukan dengan tangan, seseorang meniupkan udara langsung melalui mulut atau hidung atau, kalau tidak, orang itu secara bergantian memampatkan dan mengembangkan dada.Pernafasan buatan dapat juga digunakan dalam periode waktu yang lama. Cara ini menjadi perlu apabila otot-otot pernafasan memang mengalami kerusakan berat. (Groiler International, Inc. 2004:131).
KESIMPULAN
Manusia dapat bernafas, menghirup dan menghembuskan udara, karena manusia memiliki suatu sistem pernafasan. Dimana sistem itu terdiri dari suatu organ-organ yang sangat kompleks (hidung, faring, laring, trakea dan paru-paru) yang saling melengkapi, bekerja sama satu dengan lainnya. Sehingga udara luar bisa mencapai suatu tempat yang bernama alveolus untuk berdifusi masuk kedalam darah.Sistem pernafasan terdiri dari dua mekanisme yaitu pernafasan perut dan pernafasan dada. Kedua mekanisme ini berjalan demi terpenuhinya suatu kebutuhan yang sangat vital bagi manusia dan tentunya selurun makhluk hidup yaitu oksigen.
Dengan oksigen kita dapat menggunakan fungsi seluruh organ-organ pada tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas keseharian. Namun, terkadang manusia tidak besyukur atas segala yang telah diberikan, khususnya pernafasan, sehingga manusia itu sendirilah yang merusak fungsi-fungsi vital organ-organ tubuh. Tak ayal, munculah berbagai macam kelainan yang disebabkan oleh kelalaian manusia dalam merawat anugrah Tuhannya.Kini, setelah kita tahu bahwa sangat besar anugrah Tuhan atas nafas yang telah Dia berikan untuk kita, sudah sepantasnya kita bersyukur dan merawat anugrah tersebut. Jangan pernah kita gunakan satu hembusan nafas ini, untuk hal-hal yang sia-sia. Karena kita tidak bisa menjadi orang yang berguna, tanpa sebuah nafas.
DAFTAR PUSTAKA
Arunita, Ph.D., Diah. (dkk.) 2004. Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.Prawirohartono, Slamet. dan Sri Hidayati. 2007. Sains Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Bumi Aksara.Pujiyanto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 2. Solo: Platinum.Cambell, Niel A., Jan B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.International, Inc., Groiler. 2004. Ilmu Pengetahuan Poluler Jilid 8. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.Kusmayadi, Sumartini, dan Sumarwan. 2004. Sains Biologi untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

KEJANG DEMAM






I. PENGERTIAN
a). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
b). Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)
II. ETIOLOGI
Penyebab dari kejag demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu :
1. Obat – obatan
racun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan
2. Ketidak seimbangan kimiawi
hiperkalemia. Hipoglikemia dan asidosis
3. Demam
paling sering terjadi pada anak balita
4. Patologis otak
akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tik
5. Eklampsia
hipertensi prenatal, toksemia gravidarum
6. Idiopatik
penyebab tidak diketahui
III. PATOFISIOLOGI
IV. MANIFESTASI KLINIK
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu :
1. Kejang demam sementara
· Umur antara 6 bulan – 4 tahun
· Lama kejang <15 menit
· Kejang bersifat umum
· Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam
· Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
· Eeg normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
2. Kejang demam komplikata
· Diluar kriteria tersebut diatas
V. KOMPLIKASI DARI KEJANG DEMAM
1. hipoksia
2. hiperpireksia
3. asidosis
4. ernjatan atau sembab otak
VI. FASE – FASE KEJANG DEMAM
1. Fase prodromal
Perubahan alam perasaan atau tingkah laku yang mungkin mengawali kejang beberapa jam/ hari
2. Fase iktal
Merupakan aktivitas kejang yag biasanya terjadi gangguan muskulosketal.
3. Fase postiktal
Periode waktu dari kekacauan mental atau somnolen, peka rangsang yang terjadi setelah kejang tersebut.
4. Fase aura
Merupakan awal dari munculnya aktivitas kejang, yang biasanya berupa gangguan penglihatan dan pendengaran.
VII. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Pemberian diazepam
· dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan )
· bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi ulangan setelah 20 menit
2. Turunkan demam
· anti piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
· kompres air biasa
3. Penanganan suportif
· bebaskan jalan nafas
· beri zat asam
· jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
· pertahankan tekanan darah
VIII. PENCEGAHAN KEJANG DEMAM
1. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan anti piretika pada penyakit yang disetai demam.
2. Pencegahan kontinu untuk kejang komplikata
· fenobarbital : 5 – 7 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi 3 dosis
· fenotoin : 2- 8 mg/ kg BB/ 24 jam 2 – 3 dosis
· klonazepam : indikasi khusus
3. Diberikan sampai 2 tahun bebas kejang atau sampai umur 6 tahun
IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektrolit : tidak seimbang dapat berpengaruh pada aktivitas kejang
2. Glukosa : hipoglikemia dapat menjadi presipitasi (pencetus) kejang.
3. Ureum/ kreatinin : dapat maningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang
4. Kadar obat dalam serum : untuk membuktikan batas obat anti konvulsi yang terapeutik.
5. Elektroensepalogram (eeg) : dapat melokalisir daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktivitas otak.
X. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Data Dasar Pasien
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas
Tanda : perubahan tonus dan kekuatan
2. Sirkulasi
Gejala : iktal : hiertensi, peningkatan nadi, sianosis
Postiktal : depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
3. Elimnasi
Gejala : inkontinensia episodik
Tanda : iktal : peningkatan tekanan kandung kemih
Posiktal : inkontenensia urine
4. Makanan dan cairan
Gejala : sensitivitas terhadap makanan, mual, muntah
Tanda : kerusakan jaringan lunak (cidera selama kejang)
5. Neurosensori/ kenyamanan
Gejala : riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsang, pusing
Postiktal : kelemahan, nyeri otot, area paralitik
6. Pernafasan
Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/ cepat, peningkatan sekresi mukus
B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Resiko terhadap penghentian pernafasan barhubungan dengan kelemahan dan kehilangan koordinasi otot besar dan kecil
2. Bersihkan jalan nafas inefektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial dan peningkatan sekresi mukus
C. Intervensi Keperawatan
DX 1 : Resiko Terhadap Penghentian Pernafasan Berhubungan Dengan Kelemahan Dan Kehilangan Koordinasi Otot Besar Dan Kecil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan penghentian pernafasan tidak terjadi
Kriteria hasil :
RR dalam batas normal (16 – 20 x/ menit )
Tak kejang
Klien mengungkapkan perbaikan pernafasannya
Intervensi :
1. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur dengan tempat tidur rendah
R/ : mengurangi trauma saat kejang
2. Masukan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik / biarkan pasien menggigit benda lunak atara gigi.
R/ : menurunkan resiko terjadinya trauma mulut
3. Observasi TTV
R/ : menentukan kegawatan kejang dan intervensi yang sesuai
4. catat tipe dari aktivitas kejang
R/ : membantu untuk melokalisir daerah otak
5. Lakukan penilaian neurologis, tingkat kesadaran, orientasi
R/ : mencatat keadaan postiktal dan waktu penyembuhan
6. Biarkan tingkah laku “ automatik” tanpa menghalangi
R/ : untuk menghindari cidera atau trauma yang lebih lanjut
7. Kolaborasi dalam pemberian obat anti convulsi
R/ : untuk mencegah kejang ulangan
DX 2 : Bersihan Jalan Nafas Inefektif Berhubungan Dengan Peningkatan Sekresi Mukus, Obstruksi Jalan Nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil : sekresi mukus berkurang
tak kejang
gigi tak menggigit
Intervensi :
1. Anjurkan klien mengosongkan mulut dari benda
R/ : menurunkan aspirasi atau masukanya benda asing ke faring
2. Letakan klien pada posisi miring dan permukaan datar
R/ : mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
R/ : untuk memfasilitasi usaha bernafas
4. Masukan spatel lidah
R/ : untuk membuka rahang dan mencegah tergigitnya lidah
5. Lakukan penghisapan lendir
R/ : menurunkan resiko aspirasi