Rabu, 23 Januari 2013

INSOMNIA

INSOMNIA

NURSING CARE IN INSOMNIA PENGERTIAN Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar tetap sehat, yang perlu diperhatikan adalah kualitas tidur (www.depkes.go.id). Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifat sementara atau persisten (Kaplan & Sadock, 1997). Insomnia adalah salah satu fenomena umum dalam gangguan pola tidur. Jangka panjang dapat menyebabkan menderita gejala somatic dan perkembangan penyakit. Ia bahkan dapat menimbulkan penyakit mental dengan dimensi (www.ncbi.nlm.nih.gov). Insomnia insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur, tetap tidur, atau merasa segar dengan tidur. Akut dan sementara selama periode stres, insomnia dapat menjadi kronis, konstan menyebabkan kelelahan, kegelisahan ekstrim sebagai pendekatan sensasi, dan gangguan kejiwaan (www.wrongdiagnosis.com).

PENYEBAB 1. karena kondisi medis : tiap kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan,sindroma apnea tidur, restless leggs syndrome,faktor diet, parasomnia, efek zat langsung (drugs/alcohol), efek putus zat, penyakit endokrin/metabolik, penyakit infeksi, neoplastic, nyeri/ketidaknyamanan,lesi batang otak/hipotalamus, akibat penuaan. 2. sekunder karena kondisi psikiatri kecemasan, ketegangan otot-otot, perubahan lingkungan, gangguan tidur irama sirkadian, depresi primer, stress pascatraumatik, skizofrenia (Kaplan & Sadock, 1997). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), menunjukkan beberapa gejala dimana seseorang dapat didiagnosis sedang menderita insomnia karena faktor psikologis, yaitu:

1. Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan merupakan keluahan yang paling banyak terjadi. 2. Insomnia ini menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat mengganggu fungsi sosial,pekerjaan atau area fungsi penting yang lain. 3. Insomnia karena faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritme sirkadian atau parasomnia. 4. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena gangguan mental lain seperti gangguan depresi, delirium. 5. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis yang langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis yang umum. Dengan adanya gejela-gejala yang disebutkan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), maka insomnia karena faktor psikologis dapat mengganggu berbagai fungsi sosial. (www.e-psikologi.com).

SIKLUS INSOMNIA KRONIS Jika seseorang mengalami insomnia sementara karena faktor psikologis (mengalami kesulitan tidur dengan nyenyak selama kurang lebih satu malam dan kurang dari empat minggu) tetapi tidak dapat beradaptasi dengan penyebab insomnia (tidak mampu mengelola stres tersebut secara sehat) maka akan mengakibatkan seseorang mengalami insomnia jangka pendek (kesulitan tidur nyenyak selama empat minggu hingga enam bulan). Jika insomnia jangka pendek ini tetap tidak dapat diatasi oleh si penderita maka akan mengakibatkan insomnia kronis. Jika terjadi insomnia kronis maka akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk penyembuhannya (www.e-psikologi.com). Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan terjaga. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik. • Sistem serotonergik Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM. • Sistem Adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga. • Sistem Kholinergik Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM. • Sistem histaminergik Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur. • Sistem hormon Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun (perawat-jiwatiga.blogspot.com).

DAMPAK INSOMNIA Insomnia dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan, yaitu: 1. Depresi 2. Kesulitan untuk berkonsentrasi 3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu 4. prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan 5. Mengalami kelelahan di siang hari 6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk 7. Meningkatkan risiko kematian 8. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan 9. Memunculkan berbagai penyakit fisik

Dampak insomnia tidak dapat di anggap remeh, karena bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius dan membahayakan kesehatan dan keselamatan. Oleh karenanya, setiap penderita insomnia perlu mencari jalan keluar yang tepat (www.e-psikologi.com).

THERAPY 1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy) CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.

2. Sleep Restriction Therapy Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita insomnia.

3. Stimulus Control Therapy Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.

4. Relaxation Therapy Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.

5. Cognitive Therapy Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.

6. Imagery Training Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang menggunakan obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun penggunaan yang terus menerus tentu menimbulkan efek samping yang negative, baik secara fisiologis (efek terhadap organ dan fungsi organ tubuh) serta efek psikologis. Logikanya, insomnia yang disebabkan factor psikologis, berarti factor psikologis itu lah yang harus di atasi, bukan symtomnya. Kalau kita hanya focus mengatasi simtom-nya dengan minum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka, masalah akan datang kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi pada akar masalah.

Perlu diketahui, bahwa keberhasilan terapi tergantung dari motivasi si penderita untuk sembuh sehingga si penderita harus sabar, tekun dan bersungguh-sungguh dalam menjalani sesi terapi. Selain itu, sebaiknya terapi yang dilakukan juga diiringi dengan pemberian terapi keluarga. Hal ini disebabkan, dalam terapi keluarga, anggota keluarga si penderita dilibatkan untuk membantu kesembuhan si penderita. Dalam terapi keluarga, anggota keluarga si penderita juga diberi tahu tentang seluk beluk kondisi si penderita dan diharapkan anggota keluarganya dapat berempati untuk membantu kesembuhan si penderita.

ASKEP kaji efek samping pengobatan pada pola tidur klien. pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya : apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyamanan, dan sering berkemih). jelaskan pada klien pentingnya tidur adekuat (selama kehamilan, sakit, stress psikososial). ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari faktor penyebab (misal : gaya hidup, diet, aktivitas, dan faktor lingkungan). ajarkan klien dan kelurga dalam teknik relaksasi (pijat/urut sebelum tidur, mandi air hangat, minum susu hangat).

Solusi mencegah insomnia Insomnia karena faktor psikologis dapat dicegah dengan cara memanage stres secara positif dan jika ada mengalami masalah sebaiknya sharing pada seseorang yang dapat Anda percaya. Semoga dengan pembahasan tentang insomnia ini, dapat memberikan manfaat bagi Anda. Dengan informasi ini, diharap kita pun bisa memahami penderita insomnia dan dapat memberikan bantuan yang tepat. Perhatian dan empati terhadap penderita insomnia, bisa sedikit mengobati kegalauan emosi jiwanya. Semoga bermanfaat.

KEPUSTAKAAN http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp? id=483 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18 836979? ordinalpos=2&itool=EntrezSystem2.PEntr ez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubm ed_DefaultReportPanel.Pubmed_RVDocS um http://www.wrongdiagnosis.com/sympto ms/insomnia/causes.htm Kaplan, Harold I. & Sadock, Benjamin J. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2 edisi 7. Jakarta : Binarupa Aksara. Wilkinson, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

PENYAKIT INFEKSI TELINGA ATAU OTITIS MEDIA

"PENYAKIT INFEKSI TELINGA ATAU OTITIS MEDIA"

Infeksi telinga atau otitis media, adalah satu di antara banyak penyakit yang menyerang pada awal masa anak-anak. Meskipun infeksi telinga mengkhawatirkan para orang tua dan membuat anak-anak tidak nyaman, banyak infeksi telinga sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Banyak anak-anak berhenti mengalami infeksi telinga pada usia 4 atau 5 tahun.

Orang dewasa jarang mengalami infeksi telinga. Perawatan infeksi telinga untuk orang dewasa sama dengan perawatan untuk anak-anak, meskipun operasi jarang diperlukan.

GEJALA Infeksi telinga dapat sulit diketahui, khususnya jika anda terlalu muda untuk bisa berbicara. Anak-anak dengan infeksi telinga mungkin :

• Mengeluh akan rasa sakit di telinga • Menarik atau mendorong telinga mereka • Menangis lebih dari biasanya • Memiliki masalah sulit tidur • Gagal untul merespon suara • Tidak biasanya menjadi pemarah • Demam 38 Celsius atau lebih • Keluar cairan dari telinga • Sakit kepala

Jangan memasukkan sesuatu kedalam telinga anak untuk mengetahui infeksi telinga.

Orang dewasa yang memiliki infeksi telinga memiliki gejala: • Sakit telinga • Demam 38 Celsius atau lebih • Merasa ada yang menyumbat telinga • Pusing • Hilang pendengaran selama beberapa waktu

Penyebab & Faktor Risiko Penyebab

Infeksi telinga biasanya dimulai dengan infeksi virus seperti pilek. Saluran telinga menjadi bengkak karena infeksi virus dan cairan terbentuk dibelakang gendang telinga.

Infeksi telinga juga dapat berhubungan dengan penyumbatan atau pembengkakan pada saluran sempit yang menghubungkan telinga tengah menuju hidung (Eustachian tubes). Cairan terperangkap di tengah telinga ketika Eustachian tubes membuat penyumbatan saat mengalami pilek, hal ini dapat menyebabkan telinga sakit dan mengalami infeksi. Karena Eustachian tubes pada anak-anak lebih sempit dan pendek dari orang dewasa mereka lebih dapat mengalami infeksi telinga daripada orang dewasa.

Sebagai tambahan, anak-anak tidak memiliki perkembangan sistem imun secara lengkap. Jadi lebih mudah untuk terkena berbagai penyakit termasuk pilek dan infeksi telinga.

Faktor risiko

Faktor risiko terbesar pada infeksi saluran telinga pada anak-anak antara lain: • Usia. Anak-anak antara usia 6 sampai 18 bulan rentan terkena infeksi telinga, meskipun infeksi telinga biasa terjadi pada anak-anak usia 4 bulan sampai 4 tahun.

• Kelompok bermain. Anak-anak yang masuk di dalam kelompok ini lebih mudah terserang pilek dan infeksi telinga daripada anak-anak yang berada di rumah, itu karena mereka terkena lebih banyak virus penyebab pilek yang dapat menyebabkan atau berkomplikasi pada infeksi telinga.

• Posisi saat memberikan makan. Bayi yang minum dari botol dengan posisi berbaring cenderung terkena infeksi telinga daripada bayi yang diberi makan dengan posisi duduk atau berdiri.

Baik orang dewasa maupun anak-anak dapat disebabkan oleh faktor risiko berikut: • Musim. Infeksi teliga biasa terjadi saat musim gugur atau dingin. • Catatan keluarga. Anak anda memiliki peningkatan infeksi jika anggota keluarga lain memiliki infeksi telinga. • Ras. Indian-Amerika dan suku Inuit dari Alaska atau Canada cenderung lebih banyak memiliki infeksi telinga.

Pencegahan

Anda dapat mengurangi risiko anak anda terkena infeksi telinga dengan beberapa langkah mudah. • Jaga anak anda dari anak lain yang sakit. Jika memungkinkan batasi waktu untuk anak anda berada di kelompok bermain. Kelompok bermain yang diatur dengan hanya beberapa anak dalam satu kelompok dapat membantu pencegahan sakit telinga.

• Lindungi anak anda dari perokok. Pastikan dirumah anda tidak ada yang merokok. Apabila jauh dari rumah, tetaplah berada di lingkungan bebas rokok.

• Menyusui anak anda setidaknya sampai usia enam bulan. ASI mengandung antibodi yang memberikan perlindungan dari infeksi telinga.

• Jika memberikan makanan dari botol, buat bayi anda pada posisi tegak lurus. Hindari memberikan makanan atau minuman dari botol saat bayi anda pada posisi berbaring.

• Tanya dokter anak anda tentang pneumococcal vaccine (Prevnar). Prevnar dimaksudkan untuk pencegahan hal yang serius, infeksi yang mengancam jiwa, seperti pneumonia dan meningitis. Prevnar dapat menurunkan risiko infeksi telinga dengan baik.

• Untuk orang dewasa, coba decongestan tanpa resep yang dijual bebas atau pengobatan alergi. Jika sinus anda mengumpul karena alergi atau pilek, bicara pada dokter anda tentang penggunaan pengobatan alergi atau decongestan tanpa resep untuk mengurangi risiko infeksi telinga di masa depan

Minggu, 20 Januari 2013

Fisikologi

Fisikologi

Manusia
1. Fisik / tubuh
2. Otak
*program untuk tubuh
*software alat indra
*memor
-adalah sesuatu yang anda belum kenal tapi anda mengetahuinya setelah ingat bahwa sesuatu itu adalah yang anda ingat.
*berfikir

Aktivitas psikis / mental
1. Aktivitas kognitif
Meliputi:
- persepsi
Adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris, memaknai, menilai.
+ persepsi perabaan > perabaan didapatkan melalui indra tektil (kulit).
+ persepsi penciuman > mencium (hidung)
+ persepsi pengecapan > melalui indra pengecap (lidah).

- perhatian
- sestem memori
- problem solving
- latihan dan belajar
- reasoning / penalaran
- pengambilan kepputusan
- bahasa

2. Aktivitas afektif / emosi
.eliputi:
- rasa senang
- rasa sedih
- menangis
- gembira
- terkejut

"Kebutuhan nutrisi otak"
> Protein
> Lemak
> Vitamin dll
> Plus oxigen

"Isi memori otak"

>Yang kita Lihat
>Yang kita Dengar
>Yang kita Sentuh
>Yang kita Buai
>Yang kita Kecap

Imformasi
- imformasi masuk ke otak dan mengisi saraf otak memori.

Perkembangan otak
-otak sudah berkembang sejak umur 4 tahun

"Tubuh kita itu seperti gunung ES: 12% alam sadar, 88% alam bawah sadar

-memori jangka pendek 12% = alam sadar
-memori jangka panjang 88% = alam bawah sadar

Konsep glombang otak
» Delta = sadar
» Alpha = relax
» Theta = relax and meditation, mental imagery
» Delta = tidur

Prilaku:
- cara berpikir
- emosi / perasaan
- sikap = yaitu suka atau tidak suka.
Emosi dan sikap asalnya dari cara berpikir berdasarkan memori.

"5 indra » pikiran / otak » prilaku"

Komponen psikologi:
Prilaku» pikiran» emosi kembali lagi pada prilaku jd semua ini saling berkaitan.

ASKEP GASTROENTERITIS

ASKEP GASTROENTERITIS

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi Gastroenteritis ( GE )

Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).

Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi.

B.     Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :

1.         Faktor Infeksi
v  Infeksi Virus
Ø Retavirus
·         Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
·         Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
·         Dapat ditemukan demam atau muntah.
·         Di dapatkan penurunan HCC.
Ø Enterovirus
·         Biasanya timbul pada musim panas.
Ø Adenovirus
·         Timbul sepanjang tahun.
·         Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan / pernafasan.
Ø Norwalk
·         Epidemik
·         Dapat sembuh sendiri ( dalam 24 - 48 jam ).

v  Bakteri
Ø Stigella
·         Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
·         Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
·         Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
·         Muntah yang tidak menonjol
·         Sel polos dalam feses
·         Sel batang dalam darah
Ø Salmonella
·         Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
·         Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
·         Mungkin ada peningkatan temperatur
·         Muntah tidak menonjol
·         Sel polos dalam feses
·         Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
·         Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
Ø Escherichia coli
·         Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang menghasilkan entenoksin.
·         Pasien ( biasanya bayi ) dapat terlihat sangat sakit.
Ø Campylobacter
·         Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus ) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
·         Kram abdomen yang hebat.
·         Muntah / dehidrasi jarang terjadi
Ø Yersinia Enterecolitica
·         Feses mukosa
·         Sering didapatkan sel polos pada feses.
·         Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
·         Diare selama 1-2 minggu.
·         Sering menyerupai apendicitis.

2.         Faktor Non Infeksiosus
v  Malabsorbsi
Ø Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,maltosa, dan sukrosa ), non sakarida ( intoleransi glukosa, fruktusa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
·         Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
·         Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
v  Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).
v  Faktor Psikologis Rasa takut,cemas.

C.     Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin ( Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit ( Biardia Lambia, Cryptosporidium ).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan-gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi oleh bakteri, maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita selalu ingin BAB dan berak penderita encer.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar disertai elektrolit.
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio Disentri dan Entero Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak toxin, kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.

D.    Tanda dan Gejala
1.      Kuman Salmonella
Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-kadang mengandung lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri dan perut kembung.

2.      Kuman Escherichia Coli
Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.

3.      Kuman Vibrio
Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu singkat terjadi, akan berubah menjadi cairan putih keruh tidak berbau busuk amis, yang bila diare akan berubah menjadi campuran-campuran putih, mual dan kejang pada otot kaki.

4.      Kuman Disentri
Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan, suhu badan bervariasi, nadi cepat.

5.      Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung selama 2-3 hari.

6.      Gastroenteritis Choleform
Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak mual, bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.

7.      Gastroenteritis Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir yang disebut sindroma desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda yang sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia, mual dan muntah.

E.     Manifestasi Klinis
Nyeri perut ( abdominal discomfort )
Rasa perih di ulu hati
Mual, kadang-kadang sampai muntah
Nafsu makan berkurang
Rasa lekas kenyang
Perut kembung
Rasa panas di dada dan perut
Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
Diare.
Demam.
Membran mukosa mulut dan bibir kering
Lemah
Diare.
Fontanel Cekung

F.      Komplikasi. a. Dehidrasi b. Renjatan hipovolemik c. Kejang d. Bakterimia e. Mal nutrisi f. Hipoglikemia g. Intoleransi sekunder  akibat kerusakan mukosa usus.

G.    Tingkat Derajat Dehidrasi

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a.    Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing normal.
b.    Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.

c.    Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.

            Atau yang dikatakan dehidrasi bila:

            1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
            2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
            3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.
            Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:

1.      Pada bayi dan anak-anak.
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali perhari BAB.

2.      Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2 jam BAB.
           
            Jenis-jenis diare:

1.      Diare cair akut
Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir kurang dari 14 hari.

2.      Disentri.
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces sedikit-sedikit.

3.      Diare persisten.
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut atau disentri.
H.    Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1.      Pemeriksaan Tinja
·      Makroskopis dan mikroskopis.
·      pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
·      Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2.      Pemeriksaan Darah
·      pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
·      Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

3.      Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

I.       Penatalaksanaan Medis.

a.    Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
b.    Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1.     Memberikan asi.
2.     Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
        vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.

c.    Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
d.   Obat-obatan. Berikan antibiotik.

e.    Koreksi asidosis metabolik.














BAB II
ASKEP TEORITIS

1.      Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.

Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
A.    Identitas klien.
B.     Riwayat keperawatan.
a.         Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
b.         Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
C.     Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
D.    Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

E.     Kebutuhan dasar.
a.         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b.         Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c.          Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d.         Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e.          Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

F.      Pemerikasaan fisik.
a.         Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b.         Pemeriksaan sistematik :
§   Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
§   Perkusi : adanya distensi abdomen.
§   Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
§   Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c.          Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.

d.         Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2.      Diagnosa Keperawatan.
1.      Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

3.      Intervensi

1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.

       Tujuan             :  Devisit cairan dan elektrolit teratasi
                 Kriteria hasil   : 
§  Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
§  Mukosa mulut.
§  Bibir  lembab.
§  Cairan seimbang.

                   Intervensi        : 
§   Observasi tanda-tanda vital.
§   Observasi tanda-tanda dehidrasi.
§   Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
§   Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
§   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
§   Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan             :  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil   :
§  Intake nutrisi klien meningkat
§  Diet habis 1 porsi yang  disediakan
§  Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi        :
§   Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
§   Timbang berat badan klien.
§   Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
§   Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
§   Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
§   Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

Tujuan             :  Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil   :
§  Integritas kulit kembali normal
§  Iritasi tidak ada
§  Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi        :
§  Ganti popok anak jika basah.
§  Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
§  Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
§  Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
§  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan             :  Nyeri dapat teratasi.
       Kriteria hasil   : 
§  Nyeri dapat berkurang / hilang.
§  Ekspresi wajah tenang.
Intervensi        :
§  Observasi tanda-tanda vital.
§  Kaji tingkat rasa nyeri.
§  Atur posisi yang nyaman bagi klien.
§  Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
§  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

       Tujuan             :  Pengetahuan keluarga meningkat
       Kriteria hasil   :    
§  Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
§  Ekspresi wajah tenang
§  Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
                   Intervensi        :
§  Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
§  Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
§  Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
§  Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
§  Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

4.      Implementasi

1.    Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
                  
a.         Mengobservasi tanda-tanda vital.
b.        Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi.
c.         Mengukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
d.        Memberikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
e.         Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan pemeriksaan lab elektrolit.
f.         Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

2.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.

a.       Mengkaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
b.      Menimbang berat badan klien.
c.       Mengkaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
d.      Melakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
e.       Memberikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
f.       Mengkolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

a.    Mengganti popok anak jika basah.
b.    Membersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
c.    Memberi salp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
d.   Mengobservasi bokong dan perineum dari infeksi.
e.    Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
a.  Mengobservasi tanda-tanda vital.
       b.  Mengkaji tingkat rasa nyeri.
       c.  Mengtur posisi yang nyaman bagi klien.
       d.  Memberi kompres hangat pada daerah abdomen.
       e.  Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

a.    Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.
b.    Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
c.    Meenjelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
d.   Memberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
e.    Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
5.      Evaluasi
1)      Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2)      Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3)      Integritas kulit kembali normal.
4)      Rasa nyaman terpenuhi.
5)      Pengetahuan kelurga meningkat.
6)      Cemas pada klien teratasi.














BAB III PENUTUP

1.        Kesimpulan

Gastroentritis merupakan suatu  peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus Norwalk dan parasit yang patogen.
Dan ditandai oleh infiltrasi mukosa usus halus oleh eosinofil, dengan edema tetapi tanpa vaskulitis dan oleh eosinofilia darah tepi.

2.        Saran

Untuk Perawat
Sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus lebih memperhatikan faktor penyebab maupun faktor pencetus dari penyakit yang diderita anak dan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua klien dan klien agar masalah yang menyebabkan klien dirawat dapat diatasi sehingga tidak terjadi perawatan yang berulang
Untuk Orangtua Klien
Menjaga kebersihan lingkungan rumah, dan membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi makan anak serta menjaga personal hygiene dan memberi mainan anak yang bersih dan dapat dicuci, dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke rumah sakit, diberikan larutan gula garam.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC, 2009. Doengoes, E Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta; EGC. Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC. Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta : Salemba Medika. Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta; EGC. Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta; EGC

ASKEP IDEMA

askep edema

Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
-Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
-Asupan berlebihan dibanding output
-Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
-Distensi vena jugularis
-Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
-Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis
-Suara jantung SIII
-Reflek hepatojugular positif
-Oliguria, azotemia
-Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor yang berhubungan :
-Mekanisme pengaturan melemah
-Asupan cairan berlebihan
-Asupan natrium berlebihan
NOC Label :
-  Electrolit and acid base balance
-  Fluid balance
-  Hydration
Kriteria Hasil:
-  Terbebas dari edema, efusi, anaskara
-  Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
-  Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
-  Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal
-  Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
-  Menjelaskan indikator kelebihan cairan
NIC :
Fluid management
*. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
*. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
*. Pasang urin kateter jika diperlukan
*. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
*. Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
*. Monitor vital sign
*. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher, asites)
*. Kaji lokasi dan luas edema
*. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
*. Monitor status nutrisi
*. Berikan diuretik sesuai interuksi
*. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusidengan serum Na < 130 mEq/l
*. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk Fluid Monitoring
*. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
*. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
*. Monitor berat badan
*. Monitor serum dan elektrolit urine
*. Monitor serum dan osmilalitas urine
*. Monitor BP, HR, dan RR
*. Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan iramajantung
*. Monitor parameter hemodinamik infasif
*. Catat secara akutar intake dan output
*. Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
*. Beri obat yang dapat meningkatkan output urin
*. Monitor tanda dan gejala dari odema

ASKEP DHF (Dengue Haemoragic fever)

ASKEP DHF (Dengue Haemoragic fever)
1.Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
2.Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953  1954.Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.
3.Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
4.Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13  15 hari, tetapi rata-rata 5  8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6  12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.Ruam berikutnya mulai antara hari 3  6, mula  mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
5.Diagnosis
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2  7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.b. Manifestasi perdarahan :1)Uji tourniquet positif2)Petekia, purpura, ekimosis3)Epistaksis, perdarahan gusi4)Hematemesis, melena.c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.d. Dengan atau tanpa renjatan.Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
6.Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) :a.Derajat I, trombositopenia dan hemokonsentrasi.(Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet b.Derajat IIDerajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.c.Derajat IIIDitemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
7.Pemeriksaan Diagnostik
LaboratoriumTerjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen.Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
8.Diagnosa Banding
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :a.Demam chiku nguya.Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.b.Demam tyfoidBiasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.c.Anemia aplastikPenderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP)Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.
9.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :a.Tirah baring atau istirahat baring.b.Diet makan lunak.c.Minum banyak (2  2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.h.Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.i.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.j.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20  30 ml/kg BB.Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12  48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.b.Hematokrit yang cenderung mengikat.
10.Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :a.Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.b.Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.c.Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.d.Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :a.Menggunakan insektisida.Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.b.Tanpa insektisidaCaranya adalah :1)Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7  10 hari).2)Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.3)Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah klien.Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).1.Pengkajian KeperawatanDalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.a.Data subyektifAdalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :1.)Lemah.2.)Panas atau demam.3.)Sakit kepala.4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.5.)Nyeri ulu hati.6.)Nyeri pada otot dan sendi.7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh.8.)Konstipasi (sembelit).b.Data obyektif :Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.4)Hiperemia pada tenggorokan.5)Nyeri tekan pada epigastrik.6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :1)Ig G dengue positif.2)Trombositopenia.3)Hemoglobin meningkat > 20 %.4)Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).5)Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil1)SGOT/SGPT mungkin meningkat.2)Ureum dan pH darah mungkin meningkat.3)Waktu perdarahan memanjang.4)Asidosis metabolik.5)Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.2.Diagnosa KeperawatanBeberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut Christiante Effendy, 1995 yaitu :a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.f.Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).h.Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.3.Perencanaan Keperawatana.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).Tujuan :Suhu tubuh normal (36  370C).Pasien bebas dari demam.Intervensi :5)Kaji saat timbulnya demam.Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
6)Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. 2,5 liter/24 jam.(7)Anjurkan pasien untuk banyak minum Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.8)Berikan kompres hangat.Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.9)Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.10)Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.Tujuan :Rasa nyaman pasien terpenuhi.Nyeri berkurang atau hilang.Intervensi :1)Kaji tingkat nyeri yang dialami pasienRasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.2)Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri3)Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.4)Berikan obat-obat analgetikRasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.Tujuan :Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.Intervensi :1)Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.2)Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.3)Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .4)Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.Rasional : Untuk menghindari mual.5)Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.6)Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.7)Ukur berat badan pasien setiap minggu.Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasiend.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.Tujuan :Volume cairan terpenuhi.Intervensi :1)Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.2)Observasi tanda-tanda syock.Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.3)Berikan cairan intravena sesuai program dokterRasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.4)Anjurkan pasien untuk banyak minum.Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.5)Catat intake dan output.Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.Tujuan :Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhiIntervensi :1)Kaji keluhan pasien.Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.2)Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.3)Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat.4)Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.f.Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuhTujuan :Tidak terjadi syok hipovolemik.Tanda-tanda vital dalam batas normal.Keadaan umum baik.Intervensi :1)Monitor keadaan umum pasienRasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.2)Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.3)Monitor tanda perdarahan.Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.4)Chek haemoglobin, hematokrit, trombositRasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.5)Berikan transfusi sesuai program dokter.Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.6)Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).Tujuan : - Tidak terjadi infeksi pada pasien.Intervensi :1)Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.2)Observasi tanda-tanda vital.Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.3)Observasi daerah pemasangan infus.Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.4)Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.h.Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.Tujuan :Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.Jumlah trombosit meningkat.Intervensi :1)Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.2)Anjurkan pasien untuk banyak istirahatRasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.3)Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.4)Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.Tujuan : - Kecemasan berkurang.Intervensi :1)Kaji rasa cemas yang dialami pasien.Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.2)Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.3)Tunjukkan sifat empatiRasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.4)Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannyaRasional : Meringankan beban pikiran pasien.5)Gunakan komunikasi terapeutikRasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.
4.Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.
5.Evaluasi Keperawatan.
Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :a.Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.b.Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.c.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.d.Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.e.Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.f.Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.g.Infeksi tidak terjadi.h.Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.i.Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.

Sumber:1.Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.2.Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.3.Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.4.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakart.

INDRA PENGLIHATAN

IDRA PENGLIHATAN 1.1. Pengertian Indra Penglihatan(Mata)  Mata adalah organ indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut fotoreseptor.Setiap mata mempunyai lapisan reseptor, sisten lensa, dan sistem saraf, indra penglihatan yang terletak pada mata(organ visus) yang terdiri dari organ okuli assoria(alat bantu mata)dan okulus(bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus(urat saraf kranial kedua),muncul dari sel-sel ganglion dalam rebina, bergabung untuk membentuk saraf optikus. 1.2. Organ-organ Mata  Organ-organ pada indra penglihatan, meliputi : a). Konjungtiva b). Sklera c). Otot-otot d). Kornea e). Koroid f). Badan siliaris g). Iris(pupil) h). Lensa i). Retina  j). Fovea(bintik kuning) k). Bintik nouta l). Vitreous humor(humor bening) m). Aqueous humor(humor berair) n). Alis mata(supersilium) o). Bulu mata p). Kelopak mata(palpebra) 1.3. Mekanisme Pemfokus  Sebagian besar kekuatan berfokus mata adalah karena refraksi cahaya oleh kornea.Refraksicahaya oleh lensa mata sangat penting; kurvatura lensa dapat berubah sehingga cahaya selaluterfokus pada retina.Lensa adalah transparan dan berwarna kuning pucat.Lensa inidipertahankan datar oleh tegangan normal dari bola mata, dan di pertahankan olehligamentum suspensori.Bentuk lensa diubah-ubah oleh otot siliaris, yang berada di dalamkorpus siliaris. Bila lensa dikontraksi, otot siliaris menarik korpus siliaris ke depan,mengendurkan tegangan pada lensa dan memungkinkannya menonjol. Cahaya dari objek dekat kemudian dapat difokuskan pada retina.Otot siliaris rileks bila mata harusmemfokuskan cahaya dari objek jauh pada retina.Otot siliaris dipersarafi oleh serat-seratsaraf parasimpatis dari saraf okulamotor.Iris adalah tameng otot polos yang berlubang padapupil.Ukuran pupil berubah-ubah sesuai dengan perubahan kondisi cahaya, berdilatasi padagelap dan berkontraksi pada cahaya terang sehingga mencegah stimulasi berlebihan terhadapretina.Ukuran pupil diatur oleh kontraksi serat-serat otot dilator radialis dan konstriktorsirkularis di iris.Serat-serat ini dipersarafi oleh saraf parasimpatis dari saraf kranial ketiga. 1.4. Akomodasi Mata  Akomodasi mata berarti memfokuskan bayangan, sedangkan kemampuan pemfokusan objek pada jarak yang berbeda disebut daya akomodasi.Akomodasi bertujuan agar bayangan yangterjadi jatuh tepat pada bintik kuning. Apabila melihat objek yang letaknya jauh, lensa matamenjadi lebih pipih, tetapi jika melihat objek yan gdekat, lensa mata menjadi lebih cembung.Pengaturan kecembungan lensa ini diatur oleh otot-otot, lensa yang melingkat (otot siliaris).Saat melihat objek yang jauh otot lensa berelaksasi, sedangkan saat melihat objek yang dekatotot lensa berkontraksi.   PEMBAHASAN   2.1. Anatomi Indra Penglihatan Pada Manusia   A. Konjungtiva  Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa.Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi.Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. B. Sklera  Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan terluar mata yangberwarna putih.Sebagian besar sklera dibangun oleh jaringan fibrosa yang elastis.Bagiandepan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva. C. Otot-otot  Otot-otot yang melekat pada mata :a). Muskulus levator palpebralis superior inferior. b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata. c). Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata) d). Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata)e). Muskulus obliques okuli inferiorf).Muskulus obliques okuli superior. D.Kornea  Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membranpupil dan iris.Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2lamina elastika anterior (bowmen, 3 substansi propia, 4 lamina elastika posterior, dan 5endotelium.Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke skleradisebut selero corneal junction.Kornea juga merupakan jalan masuk cahaya pada matadengan menempatkannya pada retina. E. Koroid  Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluhdarah dan sejumlah sel pigmen.Letaknya disebelah dalam sklera. Dibagian depan mata,lapisan koroid memisahkan diri dari sklera membentuk iris yang tengahnya berlubang. F. Iris(Pupil)  Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.Pada iris terdapat duaperangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial.Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang terang otot sirkuler berakomodasi sehingga pupilmengecil, begitu pula sebaiknya. G. Lensa  Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensadapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris ruang yang terletak diantara lensa mata dan retinadisebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih kental(humor viterus), yang bersama denganhumor akueus berperandalam memelihara bentuk bola mata. H. Retina  Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitif terhadapcahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor). Fotoreseptor berhubungan dengan badansel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otot.Bagian lapisan retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otot tidak memilikireseptor dan tidak peka terhadap sinar.Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapatmengenali cahaya.Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta. Pada bagian retina,terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel batang sangat pekaterhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna.Oleh karena itukita mampu melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja.Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam.Sel kerucut jumlahnya sekitar 5 juta padasetiap mata.Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperanuntuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna. I. Vitreous Humor(Humor Bening)  Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat bola mata membulat. J. Aqueous Humor(Humor Berair)  Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama dengan cairansel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea. K. Alis Mata(Supersilium)  Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. L. Bulu mata  Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata. M. Kelopak mata(palpebra)  Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbusokuli. 2.2. Fisiologi Indra Penglihatan Pada Manusia   A. Konjungtiva  Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan. B. Sklera  Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempatmelakatnya otot mata. C. Otot-otot  Otot-otot yang melekat pada mata : a). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata. b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata. c). Muskulus rektus okuli inferior(otot disekitar mata), fungsinya untuk menutupmata. d). Muskulus rektus okuli medial(otot disekitar mata), fungsinya menggerakkanmata dalam(bola mata). e). Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata kebawah dan kedalam. f). Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas ke bawahdan keluar. D. Kornea  Kornea berfungsi menerima cahaya yang masuk ke bagian dalam mata dan membelokkanberkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat difokuskan(memungkinkan lewatnya cahayadan merefraksi cahaya). E. Koroid  Koroid berfungsi penyuplai retina(mengandung pembuluh darah) dan melindungi refleksicahaya dalam mata. F. Badan Siliaris  Badan siliaris berfungsi menyokong lensa, mengandung otot yang memungkinkan lensaberubah bentuk, dan mensekresikan aqueous humor(humor berair). G. Iris(Pupil)  Iris(pupil) berfungsi mengendalikan ukuran pupil, sedangkan pigmenya mengurangi lewatnyacahaya.     H. Lensa  Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa. I. Retina  Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls saraf danmenghantarkan impuls ke saraf optik(II). Pada bagian retina, terdapat sel batang berjumlahsekitar 125 juta buah dalam setiap mata.Sel batang, sangat peka terhadap intensitas cahayarendah, tetapi tidak mampu membedakan warna.Oleh karena itu, kita mampu melihatdimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja.Bayangan yangdihasilkan dari sel ini tidak tajam. Selain sel batang terdapat juga sel kerucut(sel konus)berjumlah sekitar 5 juta pada bagian mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahayatinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna. J. Vitreous Humor(Humor Bening)  Vitreous humor(humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjagabentuk bola mata. K. Aqueous Humor(Humor Berair)  Aqueous humor(humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola mata. L. Alis Mata(Supersilium)  Alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata. M. Bulu Mata  Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda asing. N. Kelopak Mata(Palpebra)  Kelopak mata berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan padamata(menutup dan membuka mata) 2.3. Mekanisme Pembentukan Bayangan Potensial aksi dalam nervus optikus bayangan objek di dalam lingkungan difokuskan dalamretina.Sinar yang membentuk retina membentuk potensial dalam bayangan kerucut impulsyang ada dalam retina, dihantarkan ke dalam korteks serebri pada tempat menghasilkansensasi bayangan. Penentuan jarak suatu benda : ukuran relatif, paralaks yang bergerak, danstereopsis. 2.4. Lintasan Penglihatan  Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus optikus.Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan serabut yang berasaldari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk dikirim ke korteks serebri danvisual pada bagian korteks visual ini membentuk gambar tiga dimensi.Korteks visual primer.Gambar yang ada pada retina ditraktus optikus disampaikan secaratepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di otak yang bertanggung jawab atas lapangan pandang. 2.5. Gangguan dan Kelainan Serta Teknologi Pengobatan yang Berkaitan denganSistem Pengindraan pada Manusia.  Struktur maupuan fungsi sistem pengindraan manusia dapat mengalami gangguan ataukelainan. Kelainan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal.Macam-macam kelainan pada mata, antara lain: 1). Hipermotropia(rabun dekat)Penyebab : lensa mata tidak dapat mencembung atau bola mata terlalu pendek sehinggabayangan benda jatuh di belakang retina.Teknologi : ditolong dengan lensa cembung(konvergen/positif). 2). Miopia(rabun jauh)Penyebab : lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga bayanganbenda jatuh di depan retina.Teknologi : ditolong dengan lensa cekung(divergen/negatif). 3). PresbiopiaPenyebab : elastisitas lensa mata berkurang karena usia tua.Teknologi : ditolong dengan lensa rangkap(dua macam lensa). 4). AstigmatismePenyebab : permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokusnya tidak sama, dan bayanganbenda yang terbentuk tidak sama.Teknologi : ditolong dengan lensa silindris(silinder) 5). Katarak Penyebab : lensa mata buram, tidak elastis akibat pengapuran, sehingga daya akomodasiberkurang.Teknologi : operasi. 6). GlaukomaPenyebab : adanya penambahan tekanan dalam mata, karena cairan dalam bilik anteriormata(aqueous humor) belum sempat disalurkan keluar sehingga tegangan yang ditimbulkandapat menyebabkantekanan pada saraf optik; lama-kelamaan akan menyebabkan hilangnya daya penglihatan.Teknologi : obat-obatan, operasi dengan menggunakan laser. DAFTAR PUSTAKA Pratiwi,Dra.D.A.,dkk.2006.Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI.Jakarta:Erlangga.Syaifuddin,Drs.H.2006.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi3.Jakarta:EGC.Syamsuri,Dr.Istamar,dkk.2006.Biologi Jilid 2B untuk SMA Kelas XI Semester2.Jakarta:Erlangga. [diakses tanggal 20 Oktober 2009].

HEMOROID

HEMOROID

1. Pengertian
Hemoroid dalah varises dari pleksus hemoroidalis yang menimbulkan keluhan keluhan dan gejala – gejala.
Varises atau perikosa : mekarnya pembuluh darah atau pena ( pleksus hemoroidalis ) sering terjadi pada usia 25 tahun sekitar 15 %.
2. Penyebab
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik.
Kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :
*. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis .
*. Bendungan vena porta, misalnya karena trombosis
*. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik,tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya hemoroid.
Faktor faktor yang mungkin berperan :
*. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
*. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tudak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
*. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
*. Orang yang pekerjaan nya banyak berdiri atau duduk dimana gaya grapitasi akan mempengaruhitimbulnya hemoroid.Misalnya seorang ahli bedah.
*. Gangguan devekasi miksi. Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
*. Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid yitu :
1. Adanya tomur intra abdpomen
2. Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibatpengaruh perubahan hormonal
3. Menedan ,sewaktu partus.
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan . Akan timbul bila adapenyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasipikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media
2. Hemoroid eksterna
merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
*. Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya daatdi temukan dengan proktoskopi.
*. Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
*. Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
*. Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat initimbul trombus yang di ikuti infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akanada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, padahal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi. Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.
HEMOROID EKSTERNA
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruanpada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
*. Sering rasa sakit dan nyeri
*. Rasa gatal pada daerah hemorid Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.
2. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “ Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
KOMPLIKASI
*. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar.
*. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
*. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.
PENATA LAKSANAN MEDIS
1. Operasi herniadektomy
2. Non operatif
*. Untuk derajat I dan II
Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB .
*. Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
*. Anti biotik bila terjadi infeksi.
*. Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil ).
*. “ RubberBand Ligation “ yaitu mengikat hemoroiddengan karet elastis kira – kira I minggu, diharapkan terjadi nekrosis.
*. Untuk derajat III dan IV
Dapat dilakuakan
*. Pembedahan
*. Dapat dilakukan pengikatan atau ligation
*. Dapat dilakukan rendam duduk
*. Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar) hemoroid interna yang kecil sampai sedang.

APPENDISITIS

APPENDICITIS
A. Pengertian
Appendisitis adalah peradangan padaumbai cacing, insiden terjadi pada Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita. Appendiksitis lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.
Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks, dimana appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju rongga peinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses.
Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan proseduratau pendekatan endoskopi.
B. Anatomi Appendiks
       Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjang kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katub ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum, karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (Brunner and Suddarth, 2002).
Menurut Helmut (1988) Posisi apendiks  sangat  bervariasi,  sehingga  kemungkinan sulit  untuk   menentukan   posisi  normal  apendiks.
Macam – macam posisi apendiks :
1. Posisi  retrocecal,  kira-kira 65%.
2. Posisi    pelvic   /   apendiks   tergantung       menyilang   linea  terminal  masuk  kepelvis       minor, tipe desenden 31 %.
3. Posisi    paracolica   /  apendiks  terletak      horizontal di belakang sekum 2 %.
4. Posisi     preileal / apendiks didepan ujung      akir ileum 1%.
5. Posisi post ileal/appendiks dibelakang ujung        akir ileum 1 %.(Helmut Leonhardt 1988)
Gambar 2.1 : posisi appendiks
      (Helmut Leonhardt 1988)
C. Etiologi
- Penyebab belum pasti
- Faktor yang berpengaruh:
- Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%),fecalit (massa keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).
- Infeksi: E. Coli dan steptococcus.
- Tumor
D. Patognesis
Apa 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya appendiks:
1. Adanya lisis lumen
2. Derajat sumbatan yang terus menerus
3. Sekresi mukus yang terus menerus
4. Sifat in elastis/tak lentur dari mukosa appendiks
Produksi mucin 1-2 ml/hari.  Kapasitas appendiks 3-5 cc/hari.  Jadi nyeri McBurney akan muncul setelah terjadi sumbatan ± 2 hari
E. Patofisiologi
Sumbatan:
- Sekresi mucus
- Tekanan intra lumen ↑
- Gangguan drainase limphe
- Oedema + kuman
- Ulserasi mukosa
»»»
Appendiks akut fokal:
Nyeri viseral ulu hati karena regangan mukosa


Tekanan intra lumen ↑↑ :
- Gangguan vena
- Thrombus
- Iskemia + kuman
- Pus
»»»
Appendiks supuratif:
Nyeri pada titik McBurney peritonitis lokal


Tekanan intra lumen ↑↑↑ :
- Gangguan arteri
- Nekrosis + kuman
- Gangrene
»»»
Appendiks gangrenosa

Peritonitis

Peritonitis umum
Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing.  Proses implamasi meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimplamasi berisi pus.
Appendiksitis akut setelah 24 jam dapat menjadi:
1. Sembuh
2. Kronik
3. Perforasi
4. Infiltrat → abses
F. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas
4. Terdapat konstipasi atau diare
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakangsekum
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rectal
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat illeus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.  Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
G. Pemeriksaan Diagnosis
1.Anamnesa
a.Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar ke titik McBurney).
b.Muntah (rangsang visceral)
c. Panas (infeksi akut)
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis
- Tampak kesakitan
- Demam (≥37,7 o C)
- Perbedaan suhu rektal > ½ o C
- Fleksi ringan art coxae dextra
b. Status lokalis
c. Defenmuskuler (+) → m. Rectus abdominis
d. Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagiankontra McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.
e. Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitarapp yang juga meradang.
f. Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya appendiks di pelvis.
g. Peritonitis umum (perforasi)
- Nyeri diseluruh abdomen
- Pekak hati hilang
- Bising usus hilang.
h. Rectal touché: nyeri tekan pada jam 9-12
Alvarado score:
Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendiksitis akut atau bukan, meliputi 3 simtom, 3 sign dan 2 laboratorium:
a. Appendiksitis pain                                                      2 point
b. Lekositosis (>10 ribu)                                                2 point
c. Vomitus 1 point
d. Anoreksia                                                                     1 point
e. Erbound Tendenees Fenomen                                1 point
f. Degre of celsius (>37 O C) 1 point
g. Observation of hemogram (segmen> 72%)          1 point
h. Abdominal migrate pain                                           1 point
Total point                                             10
3. pemeriksaan penunjang
a.laboratorium
- Hb normal
- Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis, >10,000/mm 3 )
- Hitung jenis: segmen lebih banyak
- LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)
b.Rongent: appendicogram à Hasil positif berupa:
- Non-filling
- Partial filling
- Mouse tail
- Cut off
Rongent abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.
H.Penatalaksanaan
1.Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)
2.Appendiktomi elektif (app kronik)
3.Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrate)
I.Kompilkasi
1.Perforasi
2.Peritonitis atau abses. ( Insidensi perforasi 10-32% ).
J. Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul:
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan pada apendiktomi)
2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhantubuh b/d intake nutrisi inadekut b/d faktor biologis ( mual, muntah, puasa)
3.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan
4.Potential Komplikasi ( PK ): perdarahan